Sejak memperkenalkan TikTok for Business, platform media sosial berbasis video yang satu ini justru dengan terang-terangan mengajak para pengiklan untuk berhenti membuat iklan. Lewat jargon “Don’t Make Ads. Make TikToks”, TikTok sebenarnya mendorong para pengiklan agar lebih kreatif, original atau autentik, dan membuat konten yang benar-benar mewakili siapa yang menjadi sasaran audiens mereka.
Artinya, tagline tersebut bukan lantas membuat TikTok menghentikan brand atau bisnis untuk tidak membuat iklan sama sekali. Akan tetapi, yang sebenarnya dimaksud adalah TikTok “menantang” mereka supaya lebih kreatif, positif, dan real pada saat membangun brand awareness maupun image lewat platform TikTok. Tujuannya adalah supaya brand bisa terhubung dengan komunitas TikTok dengan cara yang lebih bermakna dan ngena.
Kalau begitu, bagaimana ya caranya membuat konten iklan di TikTok, tapi bukan dengan cara yang “ngiklan banget”? Teruskan artikel ini buat cari tahu penjelasan lengkapnya, yuk!
Iklan, Dibutuhkan Brand tapi Masih Di-skip Penonton
Saat ini, makin banyak bisnis dan brand-brand baru yang bermunculan, termasuk nama-nama yang sama-sama terjun di jenis industri sama dengan yang kamu masuki. Artinya, kompetisi bisnis jadi semakin ketat sehingga kamu harus lebih inovatif dalam menemukan cara agar brand-mu bisa dikenal dan terus relevan di industri.
Di samping itu, teknologi juga sudah mengubah aspek hiburan alias entertainment, serta konektivitas atau bagaimana kita terhubung dengan orang lain. Padahal, format iklan tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan, termasuk iklan digital seperti iklan FB/IG. Iklan format gambar atau video ya formatnya tetap begitu-begitu saja.
Sama dengan halnya dengan cara orang-orang berinteraksi dengan iklan – di-skip begitu saja, video di-mute, dan dilewatkan. Soalnya, iklan-iklan yang kebanyakan ada saat ini sebenarnya dibuat untuk experience pengguna yang berbeda, atau lebih tepatnya yang sudah tidak lagi relevan. Makanya ya akhirnya penonton di internet zaman sekarang lebih banyak skip iklan.
Mengapa TikTok adalah Peluang Baru
Buat kamu yang sering TikTok-an, kamu tentunya sudah sangat familiar dengan tampilan halaman home atau berandanya, yang lebih dikenal dengan istilah For You page. Beda dengan platform media sosial lainnya, For You punya interface yang 100% full screen dan audio yang langsung on.
Halaman ini dirancang agar pengguna TikTok lebih betah, terutama karena merasa konten-konten yang dia tonton terasa menyenangkan. Tak hanya itu saja, halaman For You juga didesain untuk mendorong penonton agar ikut menciptakan konten maupun berpartisipasi, seperti yang ditunjukkan lewat fitur duet, react, respond, serta remix. Ditambah lagi, format video singkat di TikTok juga sudah terbukti sukses menciptakan tren baru di dunia media sosial – sesuatu yang juga telah ditiru kompetitornya, Instagram.
Di TikTok, selalu ada konten untuk siapa saja terlepas dari apa topik videonya, bahkan sampai filter atau edit yang digunakan untuk membuat konten menarik, lucu, maupun konten edukasi sekalipun. Dan cukup dengan ide yang kamu punya saja, kamu bisa menciptakan konten viral yang mampu menjangkau jutaan orang.
Kalau begitu, apa dampaknya buat brand, ya? Bagi brand, apa yang telah TikTok ciptakan dan lakukan sampai saat ini bisa menjadi “arena” baru, termasuk untuk melakukan apa yang brand tidak bisa lakukan di platform-platform lainnya. Hanya saja, kamu tentu juga harus bisa “membungkus” brand-mu agar bisa melebur sebagai bagian dari komunitas TikTok.
Hal tersebut juga diamini oleh Vice President Brand Building & Communication di Global Beauty & Digital P&G, Judith Azoulay-J, “Menyesuaikan dengan sebuah platform penting untuk kreativitas – yang juga berarti memanfaatkan ekspresi kreatif dari platform tersebut.” Artinya, untuk benar-benar memanfaatkan TikTok dan menjangkau komunitasnya, brand-mu juga harus mampu merangkul nilai-nilai apa saja yang membuat TikTok unik.
Real, Bukan Fake
Beda dengan beberapa tahun yang lalu, konten yang (sok-sokan) motivasional yang berlebihan sudah tak lagi populer. Penggantinya saat ini adalah konten yang autentik, alias tidak dibuat-buat. Dan dalam beberapa waktu belakangan ini, sudah ada banyak brand yang memilih pendekatan ini di TikTok untuk mengintegrasikan image real dan tulus ke dalam strategi pemasaran mereka.
Banyak brand sudah memanfaatkan platform TikTok, bahkan untuk membuat konten yang aneh maupun nyeleneh. Tapi, konten-konten tersebut nyatanya sukses “dimakan” komunitasnya, yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu apa yang diinginkan komunitas TikTok: konten yang real dan tidak dibuat-buat.
Ditambah lagi, audiens TikTok juga bukan tipe yang suka dengan konten iklan maksa. Hal ini juga menunjukkan bahwa brand seharusnya tak hanya fokus dengan bagaimana mereka bisa menunjukkan produk atau jasa mereka, tapi juga memikirkan bagaimana caranya membangun engagement dengan audiens.
Membuat Konten TikTok dengan Cara yang “TikTok Banget”
Sampai titik ini, bisa kamu simpulkan bahwa membuat TikTok berarti membuat konten yang sesuai dengan keunikan dan tone dari platform ini. Salah satunya adalah membuat video portrait alias vertikal, yang telah jadi tren utama di media sosial saat ini gara-gara popularitas TikTok.
Akan tetapi, rasio saja bukanlah satu-satunya hal yang membuat kontenmu jadi “konten TikTok banget”. Jangan lupa kalau kamu juga harus tetap bisa mempertahankan nilai-nilai autentik di dalam kontenmu, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Hal ini berarti kamu perlu membuat konten yang memang secara khusus di-upload untuk TikTok. Artinya, cross-posting konten dari platform lain ke TikTok saja masih jauh dari kata cukup – kamu mungkin sudah bisa memenuhi KPI jumlah postingan, tapi belum tentu KPI performa kontenmu tercapai. Padahal, buat apa repot-repot membuat konten untuk di-upload di TikTok kalau komunitas TikTok saja tidak berminat meliriknya, kan?
Menariknya lagi, penekanan yang tinggi terhadap konten yang autentik oleh komunitas TikTok sebenarnya memberikan keuntungan tersendiri buat brand-mu. Bahkan jika brand-mu masih baru, atau kamu adalah pelaku usaha UKM. Soalnya, kamu tak perlu keluar budget banyak-banyak sampai jutaan untuk produksi kontennya.
Kalau kamu lihat-lihat lagi, semua konten viral di TikTok justru video yang terang-terangan melihatkan kalau kontennya dibuat dengan budget minimal. Mengapa? Karena komunitas TikTok tidak peduli seberapa wah budget videonya selama kontennya menarik buat mereka. Dan makin terlihat real kontennya, makin terasa memikat bagi komunitas TikTok.
Hal ini juga dirasakan oleh berbagai brand dan pengiklan. Ketika konten terlihat lebih natural, real, dan autentik, performanya justru lebih baik. Dan bagi brand, artinya brand butuh waktu lebih singkat dalam proses produksi.
Pada akhirnya, jargon campaign “Don’t Make Ads. Make TikToks” menekankan pada bagaimana brand dapat merangkul aspek autentik, real, dan hal-hal yang membawa rasa senang bagi komunitas TikTok. Kalau kamu siap mengimplementasikannya ke dalam konten-kontenmu, kamu bisa menemukan audiens baru dan membuat brand-mu lebih dikenal lagi.
Jadi, apakah pilihan untuk stop membuat iklan di TikTok adalah benar? Konsultasi sekarang di PAKAR Jasa jika anda berminat untuk diskusi lebih lanjut terkait jasa iklan TikTok. Apabila anda tertarik untuk pembahasan lain di blog ini seputar iklan tiktok, silakan tinggalkan pesan di kolom komentar.