Banyak pihak menge-klaim penurunan daya beli masyarakat. Salah satunya adalah ritel konvensional sedang mengalami keadaan lesu.
Lantas apakah lesunya daya beli juga berimbas ke bisnis toko online?
Salah satu pusat belanja online, Tokopedia, mengaku tak mengalami kelesuan daya beli.
Menurut Siti Fauziah, Communications Lead Tokopedia, penurunan daya beli tak berimbas pada penjualan Tokopedia. Sebaliknya, perusahaan tetap tumbuh, baik dari sisi volume maupun transaksi.
“Bisnis kami tetap mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Saat ini di Tokopedia terdapat jutaan merchants yang menghasilkan lebih dari Rp 1 triliun per bulan lewat lebih dari 40 juta produk siap dibeli dengan harga terbaik dan transparan,” kata dia.
“Masih yang berhubungan dengan kebutuhan perempuan, seperti fashion dan aksesoris. Kedua, gadget,” ujar Fauziah.
Bisnis e-commerce yang masih bergairah juga bisa dilihat dari peningkatan jasa pengiriman barang yang dijual secara online.
Presiden Direktur JNE, Feriadi, menuturkan tren belanja online malah terus meningkat. Ini bisa dilihat dari masih ramainya pengiriman dari toko-toko online.
“Pertumbuhan jumlah pengiriman JNE mulai tahun 2010 sampai dengan akhir tahun lalu konsisten mencapai 30%, tahun ini pun diharapkan dapat tetap konsisten di angka tersebut. Saat ini jumlah pengiriman paket setiap bulannya rata-rata 16 juta paket. Sekitar 60%-70% pengiriman JNE adalah pengiriman e-commerce dari online marketplace,” jelas Feriadi.
Lanjut dia, jumlah paket hanya berasal dari toko e-commerce, dan belum menghitung paket jual beli online yang dilakukan lewat media sosial.
“Jumlah tersebut belum termasuk pengiriman paket dari para online seller yang berdagang tidak melalui online marketplace, tapi dari akun-akun social media pribadi sehingga tidak terdeteksi, karena tidak berbeda dengan pelanggan pada umumnya yang mengirimkan paket untuk keperluan pribadi,” terang Feriadi.
Sumber: detik.com